Hidup sendiri bukan berarti tidak
bisa berguna buat orang lain. Banyak kegiatan yang dapat dikerjakan dan
diperbuat. Mau masih muda, mau sudah tua yang penting ada niat dan hati tulus
pasti semua dapat berguna dan menyenangkan orang lain. Tidak perlu menunggu
kaya atau menunggu mempunyai pendidikan tinggi untuk bisa berbagi untuk sesama.
Masih dari kampungku tercinta,
cerita ini aku tulis. Beliau masih kerabat dari almarhum eyangku. Sebut saja
mbah Rujak, ya panggilan ini sesuai dengan profesi yang beliau jalani yaitu
berjualan rujak dan makanan kecil lainnya. Mbah Rujak hidup sendiri tanpa anak
dan suami, hanya ada saudara dekat termasuk ibuku yang sudah dia anggap sebagai
anaknya. Mbah Rujak hidup terpisah dari rumahku di kampung, tapi masih di
lingkungan yang sama denganku. Beliau tidak pernah mengecap bangku sekolah sama
sekali karena waktu dia kecil sampai beranjak dewasa hidup pada masa perang
kemerdekaan Republik ini.
Mbah Rujak sudah hampir 35 tahun
berjualan, nyaris tanpa bantuan dan campur tangan dari orang lain. Prinsipnya
selama ia masih kuat berjalan dan berusaha pasti dikerjakan sendiri. Hanya
sekali sekali waktu kecil aku membantu mengusung dagangan dari rumahnya ke
warung dekat jalan depan di kampungku yang lebih ramai. Itupun kalau aku perlu uang
untuk jajan karena Mbah Rujak selalu memberi uang saku setiap aku selesai
mambantunya. Kalau tidak diberi uang saku, pasti aku ambil gorengan
dagangannya. Hehe….ada udang di balik celana ya…. Eh salah , ada udang di balik
batu gitu deh?
Rutinitas mbah Rujak tiap hari cukup
padat lho. Diawali dari subuh Mbah Rujak melangkahkan kakinya menuju pasar di
daerahku yaitu pasar Pon di Blitar sana .
Tidak pernah dia mau diantar oleh bapakku atau saudara yang lain, dia memilih
berjalan kaki ke pasar yang jaraknya kurang lebih 6 km dari kampungku itu.
Jalan kaki lebih sehat katanya. Dan itu memang terbukti sekarang setelah Mbah Rujak berumur 90 tahunan. Beliau
masih segar dan cukup sehat untuk orang umur 90-an. Setelah proses beli membeli
barang selesai mbah Rujak pulang diantar becak kecil langganannya. Aku masih
ingat betul nama abang becaknya, dia bernama Pak Min yang tinggal di tetangga
kampungku. Pernah aku Tanya si abang becak itu kok tiap hari dia yang antar
Mbah Rujak ke rumah sih? Pak Min menjawab, gak apa apa mas si Mbah itu orangnya
baik trus tidak pernah mengeluh, mau ngasih uang berapa juga saya terima tidak
minta lebih, begitu jawaban singkatnya.
Sampai di rumah bahan bahan mentah
mulai dia olah sampai matang dan siap dijual. Jam 1 siang biasanya semua proses
telah selesai dan dagangan dibawa ke warung Mbah Rujak di jalan desaku.
Mulailah dia menunggu pembeli yang akan datang ke warung kecil itu. Sebagai
seorang pedagang kecil pendapatan yang dia peroleh pastilah tidak menentu,
belum lagi bila ada pembeli yang hutang. Atau anak muda yang lagi galau dengan
sistem pembelian, beli dengan harga satu ambil dua gorengan. Walaupun tahu ulah
anak anak ini, Mbah Rujak diam aja dan berkata kepadaku. “ Gak po po le, ilang
siji mengko entok ganti limo”, maksudnya Gak apa apa hilang satu, nanti juga
dapat ganti lima .
Wah aku baru menyadari sekarang ajaran ketulusan dari Mbah Rujak ini, dan
terbukti sampai tulisan ini aku buat warung Mbah Rujak ini tidak pernah
bangkrut. Pernah juga aku mendengar cerita dari Mbah Rujak, ada seorang yang
masih muda entah dari mana asalnya mampir ke warung itu dan berkata “ Mbah,
saya tidak bawa uang sama sekali minta air putihnya mbah” begitu kata pemuda
misterius yang ngakunya orang dari Jawa Tengah dan kecopetan di jalan itu. Tak
perlu ditanya lagi reaksi dari Mbah Rujak, bukan air putih seperti yang diminta
tapi dibuatkanlah teh hangat untuknya. Masih ada tambahan Rujak petis special
buatanya. Ehmmm, aku yakin sampai sekarang pemuda misterius itu masih mengingat
kebaikan dari Mbah Rujak ini.
Sungguh pelajaran yang sangat
menginspirasi aku untuk tetap menyadari bahwa kita adalah manusia biasa yang
masih membutuhkan orang orang di sekitar kita untuk berbagi. Tulus dalam
menjalani profesi yang telah dipilih dan tidak mudah menyerah walaupun harus
berjuang sendiri. Dan yang terpenting adalah semangat kemandirian dan ketulusan
memberi pelayanan untuk orang lain walaupun dia hidup dalam kekurangan.